Penulis : Nuryum Saidah (Guru SDIT Al Ibrah Gresik)
Saat itu, saya baru saja selesai mengajar di kelas satu. “Ustadzah, pensilku hilang. Aku sudah mencarinya tapi belum ketemu,” begitu rengek Aruna, salah satu siswa di kelas tersebut.
Saya pun berusaha membantunya, mencari lagi pensilnya yang hilang. Sayangnya, pensil milik Aruna belum ditemukan. Sedangkan saya harus bergegas menuju kelas lain. Saya kemudian berusaha memberi pengertian, nanti ustazah akan membantunya lagi. Sayangnya, Aruna mulai menangis.
Beruntung wali kelasnya segera menenangkan Aruna sehingga saya bisa meninggalkan kelas itu dan mengajar di kelas lainnya.
Selepas mengajar, saya bertanya kepada ustazah wali kelas tentang apa yang telah dia lakukan kepada Aruna sehingga Aruna bisa segera tenang dan tidak menangis lagi meski pensilnya belum ditemukan.
Ustazah wali kelas menceritakan bahwa dia hanya memeluk Aruna dan mengatakan bahwa nanti dia akan membantu Aruna mencari kembali pensilnya itu.
Kejadian itu mengingatkan saya, pada putra kedua saya yang lebih suka dipeluk, ketika dia sedang marah atau bersedih. Saat dipeluk, perasaan sedih atau marahnya akan berkurang. Begitu juga saat dia ingin menyatakan rasa sayangnya, maka dia akan memeluk saya.
Hal berbeda, saya dapatkan pada salah seorang anak didik lainnya yang ketika sedih atau marah, dia kemudian akan dengan mudah menyampaikan uneg-uneg atau perasaanya setelah dia diajak ngobrol secara khusus.
Subhanallah… Ilmu yg sangat bermanfaat buat kami orang tua… Trimakasih ustadzah