Itulah yang mendorong SMPIT dan MAT Permata Ummat Trenggalek untuk terus membiasakan para santri berani bicara.
Penulis: Rayhana
Bayangkan ada anak yang dengan santai berdiri di depan kelas. Ia bercerita lancar, tersenyum lepas, penuh percaya diri. Nggak gugup. Nggak bingung cari kata. Karena dia terbiasa bicara, terbiasa didengar, dan—yang paling penting—tahu apa yang mau disampaikan.
Inilah pentingnya public speaking.
Bukan sekadar biar jago ngomong. Tapi supaya anak tumbuh jadi pribadi yang berani, percaya diri, dan siap menghadapi dunia nyata.
Sayangnya, banyak yang masih berpikir kemampuan berbicara di depan umum hanya penting buat orang dewasa—atau buat mereka yang ingin jadi pembicara. Padahal, kemampuan komunikasi itu life skill yang krusial. Bahkan, justru harus diasah sejak dini.
Mulai dari presentasi di depan kelas, ngobrol dengan teman baru, sampai menyampaikan ide saat diskusi—semuanya butuh rasa percaya diri dan kemampuan menyampaikan pikiran dengan jelas. Dan itu nggak bisa instan. Harus dilatih. Dibiasakan. Diberi ruang.
Karena public speaking itu bukan bakat.
Itu keterampilan.
Dan keterampilan bisa dilatih—semakin dini, semakin baik.
Itulah yang mendorong SMPIT dan MAT Permata Ummat untuk terus membiasakan para santri berani bicara. Salah satu caranya melalui program Muhadhoroh dalam Bahasa Arab dan Bahasa Inggris, serta Kultum dan Khutbah Jumat yang dilaksanakan rutin di Pondok Pesantren Al Amanah setiap selesai Salat Maghrib. Semua ini jadi media latihan agar bicara di depan umum terasa wajar, bahkan menyenangkan.
Puncaknya, pada 20 Mei 2025 lalu, digelar Pelatihan “Impactful Public Speaking” bekerja sama dengan @maestria.id.
Antusiasme para santri luar biasa. Mereka aktif bertanya, mencoba, dan belajar bagaimana menyampaikan ide dengan lebih efektif. Banyak yang awalnya ragu, tapi perlahan mulai berani tampil dan berekspresi.
Semoga ini jadi awal.
Awal dari perjalanan panjang mereka dalam menjadi pribadi yang percaya diri, komunikatif, dan siap ambil peran di masyarakat.
Karena membentuk anak jadi versi terbaik dirinya, bisa dimulai dari satu langkah sederhana: BERANI BICARA.
Penyunting: Anjaya Wibawana
