Sabtu, 15 November 2025
  • Login
jsit-jatim
  • Kiprah
    • Profile
    • Program
  • Artikel
  • Profil SIT
  • Download
    • Logo Resmi
    • Foto Resmi Pengurus Pusat
No Result
View All Result
jsit-jatim
No Result
View All Result
Home Kolom

“Jiwa Guru” Itulah Kunci Kemajuan Pendidikan

“at-thariqatu ahammu minal māddah, wal-ustādzu ahammu minal tharīqah, wa-ruhul ustadz ahammu minal ustādz.”

by admin
2024/03/29 | 07:21
in Kolom
Reading Time: 3 mins read
0
DR. H. Adian Husaini

DR. H. Adian Husaini

0
SHARES
36
VIEWS
Share on FacebookShare on Whatsapp

Oleh: Dr. H. Adian Husaini

Related Posts

Pesan sang Guru Besar

Kompetisi untuk Mengasah Skill Pendidik Al Uswah Surabaya

Santri: Penjaga Spirit Bangsa, Penenun Masa Depan Peradaban

Tamparan kepada Murid: Luka, Cinta, dan Hikmah di Baliknya

Syahdan, suatu saat di sebuah rumah makan di Kota Surabaya, seorang tokoh pendidikan, berkisah tentang ‘guru’. “Dulu, di awal tahun 1960-an, lulus SMP saya mendaftar Sekolah Guru Atas (SGA). Rapor saya dilihat, dan saya ditolak. Lalu, saya mendaftar ke SMA terbaik di Surabaya. Rapor saya dilihat, dan saya diterima,” kata pria 70 tahun yang kemudian menjadi dosen di ITS.

Ayah saya seorang guru Sekolah Dasar, di sebuah desa Kabupaten Bojonegoro. Disamping tugas rutin mengajar, ia berlangganan majalah Panji Masyarakat pimpinan Buya Hamka. Saat duduk di bangku SD dan SMP (1971-1981), saya berkesempatan membaca berbagai berita dan tulisan-tulisan menarik di majalah yang dilanggan ayah saya itu.

Paman saya, seorang pedagang pasar, pun secara rutin membaca setiap edisi Panji Masyarakat yang datang. Dari paman saya itu, setiap habis maghrib, saya mengaji sejumlah kitab kuning, seperti Sullamut Tawfiq, Bidayatul Hidayah, al-Arba’in an-Nawawiyah, dan lain-lain. Kadang di surau, kadang di rumahnya.

Setiap hari, usai shalat subuh, ia berangkat ke pasar, menjajakan kain dagangannya. Sore, setiba di rumah, ia menelaah kitab, persiapan untuk mengajar. Berapa pun murid yang datang, ia mengajar dengan semangat. Sampai wafatnya, 1984 – saat saya kuliah tahun pertama di IPB — itulah kegiatan rutin sang pedagang, yang juga kyai kampung itu.

Suatu ketika, seperti diceritakan dalam biografinya, KH Imam Zarkasyi bertanya kepada seorang santrinya yang sudah lulus, “Kamu sudah ngajar?” Si santri menjawab, “Belum, Pak Kyai!” Dan inilah komentar Kyai Imam Zarkasyi pada si santri, “Mati kamu!”

Tidak mengajarkan ilmu yang sudah diberikan oleh guru, dianggap laksana mati; tiada arti hidup tanpa mengajar; tanpa mengamalkan ilmu yang sudah diraihnya. Kata Imam al-Ghazali, dalam Kitab Ayyuhal Walad, “al-‘Ilmu bilā ‘amalin junūnun wal-‘amalu bilā ‘ilmin lam yakun.” (Ilmu tanpa amal itu gila. Dan amal tanpa ilmu, itu tidak bernilai).

****

Bertahun-tahun sebelum kemerdekaan RI, 1945, tokoh pendidikan Indonesia Mohammad Natsir sudah mengingatkan umat Islam akan ‘nasehat’ Snouck Hurgronje, dalam bukunya Nederland en de Islam: ”Opvoeding en onderwijs zijn in staat, de Moslims van het Islamstelsel te emancipeeren.” (Pendidikan dan pelajaran dapat melepaskan orang Muslimin dari genggaman Islam).

Pendidikan! Itu kata kuncinya. Jatuh bangun dan masa depan umat Islam serta bangsa Indonesia ditentukan oleh kualitas pendidikan. Kondisi umat saat ini adalah buah dari proses pendidikan. Kondisi sosial kita, tak ayal lagi, merupakan refleksi dari lembaga pendidikan.

Jika umat Islam kalah di berbagai bidang dan lini kehidupan, lihatlah kondisi pendidikannya. Lihatlah keluarganya. Lihatlah masjidnya. Lihatlah sekolahnya. Lihatlah kondisi kampusnya. Apakah konsep ilmu dan pendidikan Islam benar-benar diterapkan? Apakah pendidikan dipandang sebagai sebuah perjuangan atau peluang bisnis? Apakah murid dipandang sebagai penuntut ilmu atau sebagai pelanggan? Apakah guru diletakkan sebagai ‘pendidik’ (muaddib) atau ‘tukang ngajar’ bayaran?

Para santri biasanya hafal mahfudzat ini: “at-thariqatu ahammu minal māddah, wal-ustādzu ahammu minal tharīqah, wa-ruhul ustadz ahammu minal ustādz.” (Metode lebih penting daripada materi ajar; guru lebih penting daripada metode; dan jiwa guru lebih penting daripada guru).

Jadi, “jiwa guru” itulah kunci kemajuan pendidikan, dan sekaligus kemajuan bangsa. Jiwa yang sehat adalah jiwa yang bersih dari penyakit syirik, munafik, riya’, cinta dunia, gila jabatan, sombong, dengki, lemah semangat, penakut, dan sebagainya.

Berapa pun anggaran pendidikan dikucurkan, jika jiwa guru tidak dibangun, maka jangan pernah mimpi kita akan menjadi bangsa hebat dan beradab! Wallahu A’lam.

(Kolom di Majalah Suara Hidayatullah edisi Maret 2017)

admin

RekomendasiBerita

Kolom

Berani Bicara, Bekal Penting Anak Hadapi Dunia

by kontributor jsit
26 Mei 2025
0
46

Itulah yang mendorong SMPIT dan MAT Permata Ummat Trenggalek untuk terus membiasakan para santri berani bicara. Penulis: Rayhana Bayangkan ada...

Read more

Tips Memilih Sekolah Terbaik Ala Sapto

10 November 2023
18

Kompetisi untuk Mengasah Skill Pendidik Al Uswah Surabaya

8 November 2025
44

Mengulang Satu Ayat dari Malam Hingga Pagi, Pernah Dilakukan Rasulullah

13 Februari 2025
74

Tamparan kepada Murid: Luka, Cinta, dan Hikmah di Baliknya

16 Oktober 2025
231
Next Post

Edukasi Palestina, JSIT Jawa Timur Menggelar Kajian Spesial Ramadan bersama Ustad Muhammad Husein

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terbaru

headline

Kembara SIT Jatim 2025: Dari Alas Tuwo Menuju Puncak Kendil, Selamat Datang Penegak Terbaik

by Amin Riyanto
13 November 2025
0
82

Udara dingin pegunungan dan semerbak aroma pinus di Alas Tuwo, Poncol, Magetan, menjadi saksi semangat 167 penegak Pramuka dari delapan...

Read more

Menguatkan Kolaborasi Sekolah dan Keluarga, Yayasan Insan Permata Malang Gelar Parenting Akbar Bersama Ustadz Bendri Jaisyurrahman

Tanam Pohon dan Bersihkan Gunung Bokong, Siswa SMPIT Insan Permata Malang Raih Penghargaan Perhutani

Santri Darut Taqwa Bawa Pulang 10 Medali di Kejuaraan Silat Raden Mas Said VI!

Tumbuh dalam Persaudaraan: Cerita Seru dari Islamic Scout Camp X SMPIT Al-Ghozali Jember

Semangat Pahlawan Menyala di SMPIT Permata Surabaya: Dari BPI Akbar hingga Parade Kostum Heroik

Dari Tasmi’ 30 Juz hingga Khitan Massal, Begini Meriahnya Milad ke-11 Baitul Qur’an Al Jahra Magetan

Load More

Popular Posts

Terbaru! Cara Mendapatkan NRG Setelah Lulus PPG dan Jadwal Penerbitannya

by Anjaya Wibawana
2 Juni 2025
1
11.1k

Inilah Kumpulan Falsafah Pendidikan Gontor yang Menginspirasi Pimpinan SIT se-Jatim

by Anjaya Wibawana
8 Februari 2025
0
8.3k

Tanpa Andalkan SPP, Gontor Sejahterakan Guru Lewat Unit Usaha

by admin
8 Februari 2025
0
4.8k

Jaringan Sekolah Islam Terpadu Indonesia Wilayah Jawa Timur, Pusat penggerak dan pemberdayaan Sekolah Islam Terpadu di Indonesia menuju sekolah efektif dan bermutu

Facebook Youtube Instagram

© 2025 JSIT  Indonesia Wilayah Jawa Timur

  • Dewan Redaksi | Ketentuan Web | Kebijakan Umum
No Result
View All Result
  • Artikel Anggota
  • Berita
  • Cari Anggota
  • Download
  • Grup Anggota Default
  • JSIT Jawa Timur – Meningkatkan Mutu Pendidikan Lewat Berita
  • Keislaman
  • Kiprah
  • Kirim Artikel Baru
  • Login
  • Lupa Kata Sandi
  • Pendaftaran
  • Privacy Policy
  • Profil Saya
  • Profile
  • Program
  • Semua Grup
  • Syarat dan Ketentuan Web
  • Anggota

© 2023 jsit-jatim.com | - Media Digital JSIT Membangun Branding & Menebarkan Inspirasi by jsit-jatim.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In