Oleh: Dyan Rachmawati, S.Si*
Setiap diri kita dilahirkan oleh Allah ke muka bumi dengan sifat yang berbeda-beda. Pola asuh dalam keluarga, lingkungan tempat kita berada dan pembiasaan-pembiasaan yang berbeda pun mampu menjadikan diri kita memiliki karakter yang berbeda-beda.
Tiga orang bersaudara yang dilahirkan dari rahim yang sama pun akan menjadi tiga karakter yang berbeda. Sampai dengan dua bayi kembar siam identik pun, nantinya akan menjadi dua pribadi dengan karakter yang berbeda. Termasuk sekolah pun akan menjadi tempat berkumpulnya sekian puluh bahkan ratusan hingga ribuan peserta didik yang memiliki karakter berbeda-beda.
Sebuah laboratorium manusia yang luar biasa. Bukankah suri tauladan kita, Nabi Muhammad SAW juga telah memberikan sinyal kebenaran hal tersebut saat mendidik generasi-generasi terbaik dengan berbagai karakter yang berbeda seperti Sahabat Abu Bakar Ash Shidiq, Sahabat Umar bin Khattab, Sahabat Utsman bin Affan dan Sahabat Ali bin Abi Thalib dan masih banyak lainnya. Sahabat Abu Bakar yang lemah lembut, Sahabat Umar yang pemberani, Sahabat Utsman yang pemalu dan Sahabat Ali yang penyayang.
Sebagai seorang pendidik yang mulia dan ingin selalu belajar dari sebaik-baik tuntutan kita maka kita harus bersiap dengan keunikan karakter para peserta didik kita, berbahagialah kita dipertemukan dengan mereka. Oleh karenanya sekolah sebagai tempat berkumpulnya puluhan bahkan ratusan peserta didik dengan berbagai karakter yang ada harusnya mampu membuat kita banyak belajar.
Bersyukur karena kita digembleng untuk menjadi seorang pembelajar sejati. Dari hari ke hari belajar untuk menerima, memahami dan mengelola karakter mereka yang berbeda-beda.
Label pendidik tidak hanya disematkan kepada ustadz dan ustadzah saja, bahkan seorang ibu juga pendidik pertama untuk putra-putrinya tercinta.
Ibu yang selalu menjadikan istimewa semua putra-putrinya meskipun dengan karakter yang berbeda-beda. Seharusnya seperti itu pulalah seorang pendidik, ustadz dan ustdzah mengganggap istimewa semua peserta didiknya. Istimewa dengan berbagai karakter, potensi, minat dan bakat yang dimilikinya.
Ibarat sebuah sekolah hewan, burung elang yang melejit karena mampu terbang setinggi awan maka ikan lumba-lumba pun mampu lincah berenang di lautan serta kancil yang mampu berlari kencang. Tidaklah bisa menyamakan satu dengan yang lainnya.
Sama halnya dengan peserta didik kita disebuah laboratorium sekolah, mereka semua istimewa. Ada yang lancar berbahasa/ berpidato dengan berbagai bahasa, mampu menghafal Al quran secepat kilat menyambar ataupun mengerjakan soal matematika dengan mudahnya. Yang masing-masing tidak dapat kita banding-bandingkan.
Mereka semua unggul dengan keistimewaan yang dimilikinya. Oleh karenanya tugas kita sebagai seorang pendidik untuk mengasah keistimewaannya. Layaknya sebuah pisau semakin diasah, maka kemampuan memotongnya akan semakin tajam.
Seorang pendidik yang istimewa akan mampu mengistimewakan semua peserta didiknya. Semua yang terpancar dari bahasa tubuh dan bahasa lisan seorang pendidik yang selalu mengistimewakan setiap peserta didiknya akan ditangkap dengan baik oleh peserta didiknya.
Sebuah pesawat yang terbang di zona udara atau wilayah sesuai jalurnya yang tepat akan ditangkap baik oleh radar ACT di bandara. Maka sudah seharusnyalah seorang pendidik selalu memberikan pendekatan, motivasi dan nasehat (pengingat) optimal sehingga sinyal postiflah yang selalu ditangkap oleh peserta didiknya.
Mari kita berkaca dan belajar banyak dari baginda Rasulullah Muhammad SAW, ketika mendidik para generasi sahabat terbaik. Sebuah perjalanan yang menarik untuk kita jadikan pembelajaran di akhir tulisan saya ini, betapa Rasulullah memiliki tempat yang istimewa di hati para didikannya yang juga istimewa.
Umar bin Khattab yang selalu nabi do’akan agar masuk ke dalam golongan yang mendapatkan hidayah Islam karena Rasulullah yakin Umar mampu menegakkan kalimat Allah di segala penjuru bumi yang dipijak dengan karakteristik yang dimilikinya maka Allah kabulkan do’a tersebut.
Ditempalah Umar dengan baik oleh baginda Rasulullah dengan penuh kesabaran dan jadilah Umar menjadi pribadi yang tangguh, kuat, pemberani. Hingga masa kebersamaan mereka berakhir, ada ketidaksiapan dalam diri Umar ketika ditinggalkan sosok yang istimewa, yang selalu mengistimewakannya bersama sahabat-sahabatnya yang lain.
Hingga datanglah sahabatnya Abu Bakar yang mampu mengingatkan bahwasannya masa kebersamaan mereka memang sudah berakhir tetapi tidak akan pernah mereka bisa mengakhiri apa-apa yang telah ditinggalkannya.
Sebuah refleksi bagi kita para pendidik untuk belajar mengistimewakan setiap peserta didik kita yang berbeda dengan memberikan pendekatan, motivasi serta nasehat terbaik. Kelak mereka akan menjadi panah-panah yang mampu melesat ke seantero belahan bumi di saat ada dan tiadanya kita.
*Kepala SMPIT PPQ Permata Surabaya