Kalau Ramadan tiba, biasanya kita dihadapkan dengan dua pilihan: jadi manusia yang lebih taat atau tetap rebahan tanpa rasa bersalah.
Nah, film “Orang Tua Ketiga – Series Spesial Ramadan” dari SMAIT Al Uswah Tuban ini ngajak kita mikir ulang tentang esensi ibadah, pengorbanan, dan—tentu saja—drama kehidupan ala santri.
Episode pertamanya dibuka dengan suasana subuh yang klasik: suara orang dibangunin tahajud dengan paksaan penuh kasih sayang. “Bangun, Mas! Tahajud!” teriak seorang ustadz.
Film ini mengangkat program “Santri Padamu Negeri”, di mana para santri dikirim untuk tinggal bersama masyarakat selama 14 hari. Idenya sederhana: belajar kehidupan dari warga biasa, nggak cuma dari kitab atau ustad.
Tapi, nggak semua orang tua setuju. “Sekolah mau tanggung jawab kalau anak saya kenapa-napa?” protes seorang wali murid.
Sementara yang lain udah sibuk mikir bakal tinggal di rumah siapa. “Boleh request nggak? Kalau bisa, yang punya anak perempuan seumuran kita,” celetuk seorang santri dengan harapan tipis. Yah, namanya juga usaha.
Tapi jangan kira ini bakal sekadar film santri yang adem-ayem penuh tausiyah. Ada konflik yang cukup bikin geregetan. Salah satu wali murid ngegas menolak program ini mentah-mentah, bahkan anaknya sampai kabur sejak subuh. Nah, di sinilah letak serunya. Film ini nggak sekadar menggambarkan kehidupan pesantren yang manis dan islami, tapi juga mempertanyakan bagaimana agama diaplikasikan dalam kehidupan sosial. Apakah cukup dengan menghafal ayat, atau kita harus benar-benar terjun ke masyarakat?
Dengan gaya yang natural dan nggak menggurui, “Orang Tua Ketiga” berhasil menyampaikan pesan Ramadan dengan cara yang fresh dan relatable. Bukan cuma tentang pahala puasa atau betapa nikmatnya berbuka, tapi juga tentang bagaimana kita berinteraksi dengan sesama. Buat yang penasaran bagaimana santri menavigasi kehidupan di luar pesantren, langsung tonton aja di channel YouTube mereka:
Siapa tahu, setelah nonton ini, ada yang kepikiran ikut program serupa. Atau minimal, jadi lebih rajin tahajud tanpa perlu diteriakin dulu.