JSIT-JATIM.COM – Tak pernah terbayangkan sebelumnya oleh Mochammad Edris Effendi, S.T. bahwa ia akan mendapat amanah besar pada Musyawarah Wilayah (Musywil) Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) Jawa Timur 2022. Pada acara Musywil itu, Edris yang sedang terkena Covid-19 tidak menghadiri acara secara fisik. Ia sedang terbaring di rumah, sambil mengikuti Musywil secara virtual.
Ketika tiba saatnya pemilihan Ketua Umum JSIT Jawa Timur periode 2022-2026, ternyata namanyalah yang mencuat. Sungguh keputusan yang tak terduga bagi Edris. Ditambah lagi, sebelumnya ia hanya terlibat di JSIT Jawa Timur dari belakang layar. “Sejak 2017 saya mengalami sakit parah selama 6 bulan. Kemudian recovery selama 1 tahun. Sehingga saya hanya membantu di balik layar di bagian litbang sampai 2020,” tutur Edris.
Meski demikian, sepak terjang Edris di JSIT Jawa Timur tak bisa dibilang singkat. Ia mulai bergabung dalam kepengurusan sejak 2009 dan bertugas di bagian penjaminan mutu. Pada 2013-2017, ia langsung mendapat amanah sebagai sekretaris.
Saat ini, di tangan Edris dan pengurus lain, terdapat amanah 376 lembaga dari tingkat TK, SD, SMP, dan SMA yang tergabung dalam JSIT Jawa Timur. Dari 38 kabupaten/kota se-Jawa Timur, semuanya telah terdapat Sekolah Islam Terpadu (SIT). “Target kami ke depan ialah memperbanyak SIT di daerah-daerah, salah satunya berbasis kecamatan. Untuk tahun 2022 ini, diusahakan sudah ada 400 SIT,” ujar Edris.
Dari Kuliah Teknik, Mantap Jadi Pendidik
Karier Edris di bidang pendidikan telah dimulai sejak 2005. Saat itu, ia yang merupakan fresh graduate dari Fakultas Teknik ITS mendapat tawaran mengajar di SDIT Al Uswah Surabaya. Perasaan ragu sempat hadir, ia masih berpikir untuk bekerja di bidang industri yang sesuai dengan latar belakang sarjananya. Namun, tawaran itu akhirnya tetap ia terima.
“Mulai mantap menjadi guru di tahun kedua. Saat saya mengikuti diklat guru SD, lalu dapat amanah menjadi wali kelas untuk 2 tahun ke depan. Dari situ bisikan-bisikan untuk meninggalkan sekolah akhirnya enggak jadi,” papar Edris.
Jenjang karier Edris di sekolah ternyata berjalan mulus. Setelah menjadi guru kelas di dua tahun pertama, pada 2008 ia diangkat menjadi wakil kepala sekolah bidang kesiswaan. Di tahun berikutnya hingga 2013, ia diamanahkan menjadi Kepala SDIT Al Uswah. Selanjutnya, pada 2013-2016 menjadi Kepala SMAIT Al Uswah. Sejak 2016 hingga kini, Edris menjabat sebagai Direktur Pendidikan SMAIT Al Uswah.
Menurut Edris, yang paling membahagiakan selama menjadi guru adalah saat bertemu anak-anak dan melihat mereka menjadi anak-anak yang baik. Sebab, jika mereka menjadi anak baik, maka bernilai amal jariah kepada gurunya. Selain itu, yang juga membahagiakan ialah jika siswa bisa mencapai prestasi tertentu atau diterima di perguruan tinggi.
Peran dan Tantangan Guru Terkini
Seiring perubahan zaman, profesi guru juga mendapati perubahan tantangan. Menurut Edris, ada dua hal yang perlu dilakukan untuk menghadapi berbagai tantangan itu. “Pertama, menganggap apa yang kita lakukan ini tetap sebagai pengabdian, sehingga kita bersungguh-sungguh mempersembahkan yang terbaik. Jika begitu, panggilan jiwa akan hadir. Guru yang baik adalah guru yang mampu mengajar dengan hatinya,” beber Edris.
“Kedua, guru harus profesional, di antaranya terhadap SOP, perkembangan kurikulum, media-media aplikatif. Bukan hanya mengajar ikhlas saja, tetapi juga mempelajari teknologi yang semakin berkembang. Guru harus melek IT, untuk materi ilmiah enggak boleh lagi dengan cerita, tapi lebih banyak pemanfaatan teknologi,” lanjut suami dari Kanti Suryandari, S.T. ini.
Hidup sebagai Ladang Amal
Di samping kesibukan di yayasan dan organisasi, semangat Edris tak kendur untuk terus menimba ilmu. Sejak 2022 ini, ia tercatat sebagai mahasiswa S2 Universitas Airlangga pada Program Studi Pengembangan Sumber Daya Manusia. Di tengah segala kesibukan, Edris juga telah menerbitkan beberapa buku terkait pendidikan, salah satu yang terbaru ialah SOP Pengelolaan Sekolah.
“Hidup ini sebagai ladang amal bagi kita, sehingga ini sarana memperbanyak amal saleh untuk bekal akhirat. Kalau kita tidak disibukkan dengan sesuatu yang positif berarti kita disibukkan dengan yang negatif. Maka, berbahagialah jika hari-hari kita disibukkan dengan kesibukan yang baik,” ungkap ayah dari tiga putri dan satu putra ini. <Maruti A. Husna/Pernah dimuat di edisi cetak Majalah Hadila>