oleh Anjaya Wibawana, Editor JSIT-JATIM.COM
JSIT-JATIM.COM – Sekolah Islam Terpadu (SIT) dikenal masyarakat memiliki banyak program kegiatan. Ada pembelajaran tahfidz Qur’an, ke-khas-an pembelajaran terpadu hingga pengembangan karakter dan potensi siswa yang beragam aktivitas. Ironinya, beritanya jarang ditampilkan di media.
Cara mengukurnya mudah, silakan Anda buka google. Masukkan kata kunci sekolah Anda. Apakah pencarian Anda sudah mampu tembus di halaman pertama. Sebaliknya apa justru tenggelam di google.
Rasanya eman kalau kegiatan sekolah itu hanya diketahui oleh internal lembaga saja. Di era digital ini. Seharusnya sekolah mampu memanfaatkan media untuk mempublikasikan kegiatannya secara luas.
Dengan konten berita yang bagus, orang tua mengetahui kegiatan atau prestasi yang ada di sekolah. Dampaknya mereka lebih yakin menyekolahkan anaknya karena kegiatannya memang berkualitas.
Tidak cukup share dokumen foto atau flyer kegiatan saja. Tapi harus ada produk tulisan berita.
Terbukti, guru yang menulis kegiatan di sekolahnya itu sangat bermanfaat bagi lembaga. Menurut saya, pimpinan sekolah perlu memiliki target pemberitaan, misalnya minimal ada 1 berita setiap bulan yang tayang di media online. Sehingga guru tidak sekedar menjalankan program. Tapi memiliki tanggung jawab untuk menarasikannya dalam bentuk release berita.
Nah, disinilah letak pentingnya menggerakkan guru agar mau menulis. Melalui tulisan ini, saya mengajak guru SIT untuk membesarkan JSIT-JATIM.COM dengan liputan kegiatan sekolah. Media ini merupakan fasilitas JSIT Jawa Timur untuk mendongkrak branding 400 anggota SIT.
Jika guru di sekolah rajin menulis berita, maka ada tiga manfaat yang diperoleh lembaga.
Pertama, sebagai dokumentasi sekolah sepanjang masa. Kita mengenal istilah jejak digital. Meski kita sudah menghapus konten, tetapi orang lain sudah teelanjur menyebarkan dan download. Maka perbanyak konten positif yang bermuara pada keunggulan sekolah.
Kedua, promosi sekolah. Saat PPDB, banyak wali murid yang menyatakan bahwa mendapatkan informasi sekolah setelah browsing di internet. Semakin banyak berita maka search engine akan lebih sering meng-indeks sekolah Anda.
Oleh karena itu, konten berita yang dikirimkan sekolah tidak melulu terkait kegiatan. Tapi bisa menampilkan prestasi siswa, pembelajaran inovatif, keramahan warga sekolah dan fasilitas yang ada.
Ketiga, berbagi best practice. Jika sekolah sudah pada level diminati masyarakat – karena sudah terkenal dan pendaftarnya harus inden. Saran saya, sekolah tetap harus publikasi berita. Tujuannya adalah menginspirasi sekolah lain agar maju bersama dan unggul semua.
Saya meyakini bahwa kegiatan yang di-create oleh guru SIT adalah kebaikan. Bukankah ada anjuran ‘tahaduts bin ni’mah”, agar setiap mendapatkan kebaikan kita kabarkan pada orang lain. Fa’amma bi ni’mati robbika fahaddist. (*)