Sekolah di Sidoarjo ini menggelar kegiatan lifeskill membuat batik jumputan, melibatkan siswa-siswi dengan pendampingan unik dari OSIS.
Penulis: Very Budi Setiawan
SIDOARJO — Classmeet semester 1 di SMPIT Insan Kamil kali ini menghadirkan suasana berbeda. Selain berbagai lomba yang mengasah potensi siswa, kegiatan lifeskill membuat batik jumputan menjadi sorotan utama. Program ini diikuti oleh seluruh siswa dari kelas 7 hingga kelas 9 dengan pendampingan yang unik, yaitu oleh anak-anak OSIS SMPIT Insan Kamil sendiri pada Senin (16/12).
Waka Kurikulum SMPIT Insan Kamil, Shinta Dewi Anggraini, menjelaskan, “Anak-anak OSIS kita latih terlebih dahulu. Mereka diajarkan keterampilan seperti melipat, mewarnai, menali, hingga menjahit sebelum membimbing teman-temannya.” Pendekatan ini, lanjutnya, bertujuan mempererat hubungan antar siswa sekaligus melatih jiwa kepemimpinan anggota OSIS. Dalam pelaksanaannya, setiap kelas didampingi tiga siswa OSIS sesuai dengan pembagian tugas.
Proses membuat batik jumputan berlangsung dengan penuh semangat. Ini menjadi pengalaman pertama bagi banyak siswa, seperti diungkapkan Hoshi, salah satu siswa kelas 8. “Senang sekali bisa membuat batik jumputan. Ini pengalaman berharga yang bisa diterapkan di masa depan,” ujarnya. Hoshi juga berharap kegiatan serupa terus diadakan agar siswa dapat berkontribusi melestarikan budaya batik.
Untuk kegiatan ini, sekolah menyediakan kain dan pewarna, sedangkan siswa membawa perlengkapan individu seperti wadah, tali, benang, dan jarum. Langkah-langkahnya meliputi melipat kain menjadi bentuk persegi panjang, mengikatnya dengan karet, mencelupkan kain ke pewarna, dan akhirnya menjemurnya hingga kering. Meski sederhana, proses ini membutuhkan ketelitian, terutama pada tahap pewarnaan.
Menariknya, hasil karya batik jumputan para siswa nantinya akan digunakan sebagai inventaris kelas, seperti taplak meja. Dengan demikian, setiap kelas memiliki perlengkapan unik hasil karya mereka sendiri.
Kegiatan ini tidak hanya memperkenalkan teknik membuat batik kepada siswa, tetapi juga menanamkan rasa bangga terhadap budaya Indonesia. “Ini cara kami mendidik siswa untuk tidak hanya kreatif, tetapi juga menghargai warisan budaya bangsa,” pungkas Shinta Dewi.
Dengan antusiasme tinggi dari para siswa, kegiatan lifeskill ini menjadi bukti nyata bahwa pendidikan tidak hanya tentang teori, tetapi juga tentang keterampilan hidup dan pelestarian budaya. SMPIT Insan Kamil kembali menunjukkan komitmennya dalam mencetak generasi muda yang kreatif, berbudaya, dan memiliki jiwa kepemimpinan.