Di tengah sejuknya udara Magetan, puluhan pembina pramuka SIT Jawa Timur berkumpul untuk menjalani KMD dan KML. Mereka bukan hanya belajar tentang teknik kepramukaan, tetapi juga mengasah karakter pemimpin masa depan yang penuh integritas
Tim Liputan JSIT-JATIM
MAGETAN — Di kaki megah Gunung Lawu, kabut pagi menyelimuti lokasi pelatihan Kursus Pembina Mahir Tingkat Dasar (KMD) dan Kursus Pembina Mahir Tingkat Lanjutan (KML) yang diselenggarakan oleh Pimpinan Satuan Komunitas Sekolah Islam Terpadu (Pinsakoda SIT) Jawa Timur. Sejak hari pertama, keindahan alam pegunungan yang asri menjadi saksi dari semangat puluhan pembina pramuka yang datang dari berbagai sekolah Islam Terpadu (SIT) di Jawa Timur untuk belajar dan memperdalam ilmu kepramukaan.
Dibuka pada 30 September 2024, kursus ini diikuti oleh 46 peserta KMD dan 27 peserta KML yang akan menjalani pelatihan intensif selama enam hari. Para peserta bukan hanya diuji dalam keterampilan teknis, tetapi juga dalam hal ketahanan fisik dan mental. Di tengah angin sejuk dan pemandangan Gunung Lawu yang menjulang, ketua JSIT Indonesia Wilayah Jawa Timur, Moch. Edris Effendi, menyampaikan harapannya bahwa kegiatan ini dapat memberikan dampak positif bagi sekolah-sekolah peserta.
“Pramuka, yang bukan sekadar permainan atau tepuk tangan, tetapi merupakan wadah pembentukan karakter yang kuat,” ujar Edris. Beliau menambahkan bahwa para pembina yang ikut serta dalam kegiatan ini telah berkorban waktu dan tenaga untuk mengikuti pelatihan selama enam hari penuh. “Dengan kesungguhan ini, ilmu dan ketrampilan dalam membina yang didapatkan diharapkan bisa diterapkan di sekolah masing-masing.”
Pramuka dan Pembentukan Karakter Siswa
Edris menekankan bahwa kegiatan pramuka memiliki peran yang sangat strategis dalam membentuk karakter pemimpin masa depan. Di lingkungan SIT, pramuka kini menjadi ekstrakurikuler wajib dengan alokasi waktu 3 jam pelajaran per minggu. Hal ini bukan tanpa alasan. Data terbaru menunjukkan bahwa keterampilan yang dibutuhkan siswa untuk sukses di masa depan tidak hanya terletak pada keunggulan akademik, tetapi juga pada penguasaan soft skills seperti kemampuan komunikasi, kerjasama, dan interpersonal.
“Survei internasional menunjukkan bahwa keterampilan interpersonal berada di urutan teratas dari daftar karakter yang diperlukan untuk sukses. Akademik memang penting, tetapi keterampilan hidup adalah bekal utama siswa SIT,” jelas Edris. Melalui pramuka, SIT memberikan peluang besar bagi siswa untuk tidak hanya unggul dalam prestasi akademik tetapi juga dalam pengembangan karakter dan keterampilan sosial yang akan membekali mereka menghadapi dunia yang kompleks.
Dukungan Penuh JSIT dan Agenda Besar Pramuka
Tidak hanya ilmu, JSIT Jawa Timur juga memberikan dukungan subsidi terhadap pembiayaan kegiatan KMD dan KML ini. Edris menambahkan bahwa pelatihan ini adalah bagian dari rangkaian upaya peningkatan kualitas pembina pramuka SIT.
Pada bulan November mendatang, JSIT Indonesia Wilayah Jawa Timur melalui Pinsakoda akan menggelar latihan gabungan (Latgab) di Coban Rondo, yang akan diikuti oleh 1.500 penggalang dan 260 pembina Karang Pamitran. “Ini adalah agenda besar yang membutuhkan persiapan matang. Kami berharap seluruh sekolah turut serta menyukseskan kegiatan ini,” ujarnya.
Sambil menatap puncak Gunung Lawu yang tampak samar di kejauhan, Edris optimistis bahwa pelatihan ini akan melahirkan pembina-pembina pramuka yang tak hanya kompeten, tetapi juga mampu menginspirasi para siswa di sekolah mereka. Dengan latar alam Magetan yang memesona, suasana belajar dan pelatihan semakin mendalam, menjadikan kegiatan ini tak hanya sebagai ajang menimba ilmu, tetapi juga pengalaman spiritual dan mental yang memperkaya.
Kursus KMD dan KML ini diharapkan menjadi momentum penting dalam membangun generasi penerus bangsa yang tangguh, cakap, dan berintegritas. Di tengah pesona alam Gunung Lawu, para pembina pramuka ini siap mengukir sejarah baru dalam pendidikan karakter di lingkungan SIT.