Sekretaris JSIT Jatim ini juga meluncurkan buku “Pembelajaran Terpadu dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains” yang mengemas pembelajaran bermakna, seru, dan melibatkan emosi siswa.
BOJONEGORO – Pagi itu, Sabtu, 7 Desember 2024, aula besar Yayasan Bina Ummat penuh dengan senyum, tawa, dan semangat. Ratusan guru dari berbagai sekolah Islam terpadu (SIT) di Bojonegoro berkumpul untuk sebuah tujuan mulia: meneguhkan hati dan pikiran dalam mendidik dengan cinta, bahagia, dan keteladanan.
Dengan tema “Mendidik dengan Cinta, Bahagia, dan Keteladanan”, seminar yang digagas oleh JSIT Daerah Bojonegoro bekerja sama dengan lembaga di bawah naungan Yayasan Bina Ummat (TKIT-SDIT-SMPIT Permata Hati-Insan Permata) ini menghadirkan sesuatu yang berbeda. Tidak hanya sesi materi pendidikan, tetapi juga apresiasi, inspirasi, hingga momen-momen tak terlupakan yang memotivasi para pendidik.
Ketulusan yang Mendapat Pengakuan
Salah satu bagian paling menyentuh dari acara ini adalah apresiasi untuk para guru. Ada kategori “Guru Rumah Terjauh” yang memberikan penghormatan kepada mereka yang rela menempuh perjalanan panjang setiap hari demi mengajar. Ada pula “Guru Jarang Terlambat” sebagai bentuk penghargaan atas disiplin tinggi, “Guru RPP Terpadu Ternovatif” yang dihadiahkan kepada guru yang kreatif dalam merancang pembelajaran, dan “Guru Tersabar” bagi mereka yang tak pernah lelah menghadapi dinamika dunia pendidikan.
“Penghargaan ini bukan hanya simbol, tetapi juga pengingat bahwa ketulusan dan dedikasi para guru selalu diperhatikan,” ujar Siswandi, Kepala Bidang Pendidikan Yayasan Bina Ummat, dalam sambutannya.
Peluncuran Buku: Warisan Ilmu yang Berarti
![](https://jsit-jatim.com/wp-content/uploads/2024/12/WhatsApp-Image-2024-12-08-at-13.34.34_f0cedaba-1024x682.jpg)
Momen lainnya yang tak kalah istimewa adalah peluncuran dua buku karya para guru Yayasan Bina Ummat. Buku pertama berjudul “Pembelajaran Terpadu dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains” yang ditulis oleh Siswandi. Buku ini menawarkan pendekatan pembelajaran menyenangkan, bermakna, dan melibatkan emosi siswa.
![](https://jsit-jatim.com/wp-content/uploads/2024/12/WhatsApp-Image-2024-12-08-at-13.34.34_33cff590-1024x682.jpg)
Buku kedua, “Sekolah Kehidupan”, merupakan karya kolaboratif antara Siswandi, Endah Sri Rejeki, Dwi Ratih Kesuma Dewi, Nanin Mei Puspa Ranie, dan Dewi Awaningrum, dkk. Buku ini mengajarkan bagaimana pengalaman sehari-hari dapat menjadi pelajaran berharga, menginspirasi siswa untuk menghadapi tantangan kehidupan dengan bijaksana.
Buku-buku ini kemudian diserahkan secara simbolis kepada Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Bojonegoro sebagai bagian dari kerja sama untuk memperkaya koleksi perpustakaan daerah.
Membangun Sinergi Lewat MoU
Dalam upaya memperkuat literasi di lingkungan sekolah SIT, acara ini juga ditandai dengan penandatanganan dua Memorandum of Understanding (MoU). MoU pertama adalah kerja sama dengan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan yang meliputi pengarsipan buku karya guru dan siswa serta pelatihan literasi dan jurnalistik. MoU kedua dilakukan bersama Penerbit Mitra Karya untuk mendukung penerbitan buku dan pelatihan literasi.
Tawa yang Menginspirasi
Seminar ini semakin hidup dengan kehadiran Adri Suyanto, seorang motivator pendidikan yang dikenal sebagai “Sarjana Humor”. Dengan gaya bicara yang santai dan penuh canda, Adri menyampaikan pesan mendalam tentang bagaimana cinta, kebahagiaan, dan keteladanan adalah inti dari pendidikan yang bermakna.
“Cinta itu bukan teori. Cinta adalah cara kita memandang murid-murid sebagai manusia yang sedang tumbuh. Kalau kita bahagia, mereka juga akan bahagia belajar bersama kita,” katanya, disambut gelak tawa para peserta.
Cinta yang Menguatkan
Semua rangkaian acara itu berujung pada pesan mendalam dari Siswandi:
“Sekarang ini banyak berita viral guru dikriminalisasi karena cara mendidik yang kasar. Kita harus ingat, mendidik dengan cinta adalah solusi. Kalau kita mencintai pekerjaan kita, seberat apa pun beban akan terasa ringan,” ujarnya penuh semangat.
Seminar ini bukan hanya sekadar acara, melainkan napas baru bagi para pendidik. Dengan semangat cinta, bahagia, dan keteladanan, JSIT Bojonegoro telah menunjukkan bahwa mendidik bukan sekadar pekerjaan, melainkan panggilan jiwa.