Oleh : Ustadz Janan, S.Pd
Naskah khutbah Idul Fitri ini mengajak jamaah untuk memperbaiki hubungan kepada Allah dan Sesama manusia, di antaranya adalah dengan cara memberi kepada orang yang tidak suka berderma, menjaga silaturahim dan memafkan orang yang berbuat dzalim.
Khutbah Idul Fitri ini berjudul, “Khutbah Idul Fitri: Buah Tarbiyah di Bulan Ramadan dengan memperbaiki hubungan kepada Allah dan Sesama manusia”.
Khutbah I
اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) وَ لِلّٰهِ اْلحَمْدُ
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا لاَإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ لَاإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلاَّ إِيّاَهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَرِهَ الكاَفِرُوْنَ.
الحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ حَرَّمَ الصِّياَمَ أَيّاَمَ الأَعْياَدِ ضِيَافَةً لِعِباَدِهِ الصَّالِحِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلٰهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ الَّذِيْ جَعَلَ الجَّنَّةَ لِلْمُتَّقِيْنَ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ االدَّاعِيْ إِلىَ الصِّرَاطِ المُسْتَقِيْمِ. اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّـدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحاَبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنَ.
أَمَّا بَعْدُ، فَيَآ أَيُّهَا المُؤْمِنُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ . وَاتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قال الله تعالى :
ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ اَيْنَ مَا ثُقِفُوْٓا اِلَّا بِحَبْلٍ مِّنَ اللّٰهِ وَحَبْلٍ مِّنَ النَّاسِ وَبَاۤءُوْ بِغَضَبٍ مِّنَ اللّٰهِ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الْمَسْكَنَةُۗ ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ كَانُوْا يَكْفُرُوْنَ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ وَيَقْتُلُوْنَ الْاَنْبِۢيَاۤءَ بِغَيْرِ حَقٍّۗ ذٰلِكَ بِمَا عَصَوْا وَّكَانُوْا يَعْتَدُوْنَ .
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Mengawali khutbah kali ini, khatib berwasiat kepada para jama’ah sekalian pada umumnya dan kepada diri khatib sendiri khususnya, agar kita senantiasa meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Karena, peningkatan iman dan takwa sejatinya dapat diperoleh dengan dua cara tersebut, yaitu menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Sebagaimana hadits Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam,
اَلإيمَانُ يَزيدُ ويَنقُصُ ، يَزِيدُ بِالطَّاعَةِ وَيَنْقُصُ بِالْمَعْصِيَةِ
Iman itu sifatnya dinamis, dapat bertambah dan berkurang. Bertambah karena ketaatan kepada Allah atau menjalankan perintahnya, dan berkurang karena melakukan kemaksiatan.
Alhamdulillah.. puji syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah subhanahu wa ta’alaa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga kita bisa hadir di masjid ini untuk melaksanakan shalat Idul Fitri 1445 H, setelah satu bulan kemarin kita menjalankan ibadah di bulan Ramadhan,baik ibadah wajib berupa puasa dan zakat, maupun ibadah-ibadah sunnah seperti qiyamullail, tilawatul quran, shadaqah dan ibadah lainnya.
Semoga ibadah yang kita kerjakan diterima oleh Allah subhanahu wa ta’alaa dan kita semua mendapatkan ampunan-Nya.
Sebagaimana Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam berabda,
مَن صام رمضان إيمانًا واحتسابًا غُفِرَ له ما تقدَّم من ذنبه
Artinya : “Barang siapa berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam sebuah riwayat, Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا كَانَ يَوْمُ عِيْدِ الْفِطْرِ وَقَفَتْ المَلَائِكَةُ عَلىَ أَبْوَابِ الطُّرُقِ فَنَادَوْا اُغْدُوْا يَا مَعْشَرَ الْمُسْلِمِيْنَ إِلَى رَبٍّ كَرِيْمٍ يَمُنُّ بِالْخَيْرِ ثُمَّ يُثِيْبُ عَلَيْهِ الْجَزِيْل لَقَدْ أُمِرْتُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ فَقُمْتُمْ وَأُمِرْتُمْ بِصِيَامِ النَّهَارِ فَصُمْتُمْ وَأَطَعْتُمْ رَبَّكُمْ فَاقْبِضُوْا جَوَائِزَكُمْ فَإِذَا صَلُّوْا نَادَى مُنَادٍ أَلَا إِنَّ رَبَّكُمْ قَدْ غَفَرَ لَكُمْ فَارْجِعُوْا رَاشِدِيْنَ إِلَى رِحَالِكُمْ
Artinya: “Jika hari raya Idul Fitri telah tiba, para malaikat akan berbaris di pintu-pintu jalan sambil menyerukan: ‘Wahai golongan umat Islam, segeralah berangkat kepada Tuhan Yang Maha Mulia. Dia akan menganugerahi kebaikan dan memberikan pahala yang besar. Sungguh, kamu telah diperintah untuk beribadah di malam hari, lalu kamu laksanakan. Kamu diperintah puasa siang hari, lalu kamu kerjakan. Kamu telah memenuhi seruan Tuhanmu, maka terimalah hadiahmu. Kemudian ketika mereka sudah selesai menunaikan shalat (hari raya Idul Fitri), malaikat berseru kembali: ‘Ketahuilah bahwa Tuhanmu telah mengampuni dosa-dosamu. Maka kembalilah ke perjalanan hidup kalian selanjutnya, sebagai orang-orang yang memperoleh petunjuk.” (HR At-Thabrani).
Jama’ah shalat Idul fitri rahimakumullah.
Selama satu bulan penuh kita menjalani ibadah puasa di bulan Ramadhan dengan penuh suka cita. Kehadiran Ramadhan tidak hanya sebagai bulan istimewa dengan dilipatgandakannya amal kebaikan, namun juga sebagai madrasatul hayat atau sekolah kehidupan. Yakni, sekolah yang mendidik seorang mukmin agar bisa menjadi mukmin yang lebih baik dengan mengendalikan hawa nafsu, meninggalkan kemaksiatan, dan menjalankan amalan-amalan baik seperti tadarus, sedekah, puasa, shalat sunnah, dan lain sebagainya.
Harapannya, selepas Ramadhan kita dapat terbiasa dengan hal-hal yang sudah kita lakukan selama satu bulan lamanya, dan tetap kita lanjutkan di bulan-bulan berikutnya. Semua ibadah di bulan Ramadhan yang kita lakukan tentu harus memiliki efek dalam kehidupan kita sehari-hari. Mengapa demikian? Karena status kita sebagai manusia mengharuskan untuk menjalin hubungan yang baik kepada Allah dan juga kepada manusia sekaligus. Hubungan baik saja kepada Allah dengan menjalankan ibadah mahdhah seperti shalat, puasa, zakat, dan haji, belum cukup atau bahkan bisa sia-sia jika kita masih belum bisa menjalin hubungan baik kepada sesama manusia.
Dalam Al-Qur’an Surat Al-Anfal ayat 1
Allah subhanahu wa ta’alaa berfirman:
فَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاَصْلِحُوْا ذَاتَ بَيْنِكُمْ
“Bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan kalian dengan sesama manusia.”
Dalam ayat di atas Allah subhanahu wa ta’a memerintahkan hambanya untuk bertakwa kepada-Nya, yang kemudian diikuti dengan perintah memperbaiki hubungan sesama manusia,
Ada sebuah kisah menarik yang patut kita renungkan, tentang kondisi seorang mukmin yang baik dalam berhubungan kepada Allah, namun suka menyakiti sesama manusia. Suatu ketika Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada para sahabatnya,
___
أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ، فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ – رواه مسلم
‘Tahukah kalian siapakah orang yang muflis (bangkrut) itu? Para sahabat menjawab, ‘Orang yang muflis (bangkrut) di antara kami adalah orang yang tidak punya dirham dan tidak punya harta.’ Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Orang yang bankrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan (pahala) melaksanakan shalat, menjalankan puasa dan menunaikan zakat, namun ia juga datang (membawa dosa) dengan mencela si ini, menuduh si ini, memakan harta ini dan menumpahkan darah si ini serta memukul si ini. Maka akan diberinya orang-orang tersebut dari kebaikan-kebaikannya. Dan jika kebaikannya telah habis sebelum ia menunaikan kewajibannya, diambillah keburukan dosa-dosa mereka, lalu dicampakkan padanya dan ia dilemparkan ke dalam neraka. (HR. Muslim).
Dari hadits di atas dapat kita simpulkan bahwa menjaga hubungan baik dengan sesama manusia (hablum minannas) sangatlah penting. Keimanan seorang muslim bukan hanya diukur seberapa baik kualitas hubungan dirinya dengan Allah saja, namun dibutuhkan keseimbangan akhlak dengan orang lain .
Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَاللَّه لَا يُؤْمِنُ وَاللَّهِ لَا يُؤْمِنُ وَاللَّهِ لَا يُؤْمِنُ قِيلَ وَمَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الَّذِي لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ
Artinya: “Demi Allah, tidak beriman. Demi Allah, tidak beriman. Demi Allah, tidak beriman. “Sahabat bertanya, “Siapa wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Yang tetangganya tidak aman dari keburukannya” (HR. Bukhari (no.6016)).
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Ada 3 hal, dalam menjalin hubungan baik dengan sesama manusia, yang mana jika dikerjakan maka kita akan mendapatkan kemudahan oleh Allah saat dihisab kelak di akhirat dan akan dimasukkan ke dalam surga.
Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
ثلاثٌ مَنْ كنَّ فيهِ حاسبَهُ اللهُ حِسابًا يسيرًا وأدخلَهُ الجنةَ برحمتِهِ قالوا وما هُنَّ يا نبيَّ اللهِ قال تُعطي مَنْ حرمَكَ وتصلُ مَنْ قطعَكَ وتَعفُو عمَّنْ ظلمَكَ
“Ada tiga perilaku yang akan memudahkan pelakunya mendapatkan kemudahan saat dihisab dan mendapat jaminan masuk ke dalam Surga dengan rahmat Allah. Sahabat bertanya: bagaimana itu wahai Rasulullah? Rasul menjawab: kamu memberi kepada orang yang menghalangimu, memaafkan orang yang berbuat zalim kepadamu, menyambung tali silaturahmi kepada orang yang memutusnya. (HR. Al-Hakim).
Pertama,(تُعطي مَنْ حرمَكَ) : “Perilaku suka memberi kepada orang yang tidak suka memberi”. Mungkin jika memberi kepada seseorang yang pernah memberi kita sesuatu, itu adalah hal yang biasa. Namun di sini kita diajak menjadi seorang yang dermawan, terhadap orang yang bakhil.
Orang yang dermawan (suka memberi) akan dekat dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala, dekat dengan manusia, dekat dengan surga, jauh dari neraka. Sedangkan orang yang kikir/pelit akan jauh dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, jauh dari manusia, jauh dari surga, dan dekat dengan neraka.
Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
السَّخِيُّ قَرِيبٌ مِنْ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنْ الْجَنَّةِ قَرِيبٌ مِنْ النَّاسِ بَعِيدٌ مِنْ النَّارِ وَالْبَخِيلُ بَعِيدٌ مِنْ اللَّهِ بَعِيدٌ مِنْ الْجَنَّةِ بَعِيدٌ مِنْ النَّاسِ قَرِيبٌ مِنْ النَّارِ وَلَجَاهِلٌ سَخِيٌّ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ عَالِمٍ بَخِيلٍ
‘Orang yang pemurah dekat dengan Allah subhanahu wa ta’alaa, dekat dengan manusia, dekat dengan surga, jauh dari neraka, dan orang yang kikir/pelit jauh dari Allah subhanahu wa ta’alaa, jauh dari manusia, jauh dari surga, dan dekat dengan neraka. Orang jahil yang pemurah lebih dicintai Allah subhanahu wa ta’alaa dari pada ‘abid (ahli ibadah) yang pelit.‘(HR. Tirmidzi))
Kedua, (وتصلُ مَنْ قطعَكَ)“Perilaku orang yang suka menyambung silaturrahim kepada orang yang memutusnya”. Alangkah mulianya perilaku ini. Orang-orang yang suka bermusuhan dan memutus silaturrahim sangat dibenci Allah dan Rasul-Nya, bahkan diancam untuk tidak masuk surga.
قَالَ رَسُوْلُ اللَّه صلى الله عليه و سلم : “لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ” يَعْنِي: قَاطِعَ رَحِمٍ. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
Dari Jubair bin Muth‘im Radiyallāhu anhu ia berkata: Rasūlullāh shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak akan masuk surga orang yang memutus silaturahim.”
(Muttafaqun ‘alaih).
Ketiga, (وتَعفُو عمَّنْ ظلمَكَ) “Perilaku memaafkan orang yang pernah menzalimi kita”. Sikap ini juga bukan hal yang gampang, sungguh amat berat, hanya orang-orang yang berjiwa besar dan sabar yang rela hati membuang perasaan dendam yang dapat melakukan ini.
Dikisahkan, suatu ketika Abdullah bin Amr bin Ash saat duduk-duduk di masjid bersama Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat yang lain, Beliau mengatakan akan masuk ke dalam masjid ini seorang ahli surga. Saat itu, mata para sahabat tertuju pada pintu masjid. Kemudian ada seorang sahabat masuk masjid, kemudian duduk.
Memang sahabat ini tidak dikenal dan wajahnya pun banyak yang tak kenal. Bahkan namanya banyak yang tidak tahu. Sehingga para sahabat beranggapan mungkin surga ini semacam hadiah untuk orang tersebut.
Hari kedua Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam kembali mengulangi perkataan beliau,”Akan masuk seorang ahli surga ke dalam masjid.”
Tak berapa lama kembali masuk orang yang sama. Kemudian dia duduk.
Hari ketiga Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam kembali mengulangi perkataan beliau, “Akan masuk seorang ahli surga ke dalam masjid.”
Kemudian masuk orang yang sama. Setelah masuk dia duduk.
Abdullah bin Amr penasaran dengan sahabat yang disebut Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam sebagai ahli surga. Bahkan, tiga hari berturut-turut, Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan sahabat tersebut sebagai ahli surga.
Kemudian dia bertamu ke rumah sahabat itu. Dia ingin mengetahui amalannya. Bagaimana ibadahnya?
Dia akhirnya menginap dan tidur satu kamar dengan sahabat tersebut. Selama berada di rumah sahabat itu, Abdullah bin Amr tidak menemukan amalan yang istimewa.
Sahabat tersebut tak terlihat shalat malam. Pada tengah malam, dia terkadang bangun, berdoa, berdzikir kemudian tidur lagi.
Menjelang subuh baru bangun kemudian wudhu berangkat ke masjid. Paginya tak terlihat puasa sunnah.
Abdullah bin Amr kemudian menjelaskan tujuannya bertamu ke rumah sahabat itu. “Sebenarnya saya bertamu itu ingin mengetahui amalan apa yang Anda lakukan sehingga Rasulullah mengtakan bahwa Anda termasuk ahli surga. Karena, yang saya lihat tak ada sesuatu yang istimewa.”
Kata orang itu, “Kalau itu yang kamu maksudkan. Seperti apa yang Anda lihat, sebenarnya saya hanya begini saja, saya beribadah sesuai kemampuan saja. Tapi sebelum tidur saya selalu memaafkan semua orang yang berbuat salah pada saya. Saya bersihkan hati saya dari hasad, iri kepada kaum Muslim.”
Kata Abdullah, “Karena amalan itu Allah muliakan kamu. Dan itu yang tidak kami miliki karena kadang jengkel kepada orang yang menyakiti.”
Wallahu ‘alam bish shawab
Semoga kita dapat menjalankan 3 hal kebaikan di atas dengan taufik dan hidayah Allah subhanahu wa ta’alaa… Amin ya Rabbal ‘alamin
Khutbah II
اللهُ اَكْبَرُ (٣×) اللهُ اَكْبَرُ (٤×) اللهُ اَكْبَرُ كبيرًا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذي وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ.
رَبَّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ بْلِنَا رَبَّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
َرَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْن.
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Ustadz Janan, Kepala SDIT Al Ibrah Gresik