Dengan semangat tak kenal lelah, ia menapaki perjalanan pendidikan di SMPIT Al Uswah Pasirian dan menorehkan prestasi yang membanggakan dengan berhasil menghafal 30 juz Al-Qur’an dalam waktu 30 bulan.
Penulis: Farida Bingah
Lumajang – Di sebuah rumah sederhana di Kamar Kajang, Candipuro, Lereng Semeru, Talita Karina Widiyantika memulai perjalanan hidup yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Gadis yang akrab disapa Karin ini adalah anak dari pasangan seorang petani dan ibu penjual nasi, yang bercita-cita agar anak-anak mereka memiliki pendidikan lebih baik dari yang mereka raih.
Namun, takdir membawa Karin ke jalan yang penuh liku. Saat menerima beasiswa penyintas dari Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) untuk melanjutkan pendidikan di SMPIT Al Uswah Pasirian, ia harus meninggalkan keluarga dan tinggal di asrama. Langkah ini menjadi titik awal perjuangan berat dalam hidupnya. Tangis dan rengekan mewarnai hari-hari pertamanya, termasuk upaya untuk menarik baju sang ibu agar diizinkan kembali pulang.
“Aku nggak mau sekolah di sini. Aku mau di rumah saja,” kenangnya tentang masa-masa itu. Tapi, dorongan dari orang tua, ustadz, ustadzah, dan teman-temannya membuat Karin bertahan. Perlahan, ia menemukan kekuatan baru di balik dukungan tersebut.
Dalam perjalanan pendidikan di SMPIT Al Uswah Pasirian, Karin menemukan panggilannya: menjadi penghafal Al-Qur’an. “Al-Qur’an itu seperti sahabat. Selalu ada untukku, terutama di saat-saat sulit,” ujarnya. Godaan untuk menyerah dan rasa malas kerap datang, tetapi Karin tak mau mundur. Setiap pagi dan sore, ia menjadwalkan setoran hafalan sebanyak 1 hingga 2 juz, dengan tekad kuat untuk menuntaskannya.
Puncaknya, pada Kamis, 5 Desember 2024, tepat 30 bulan sejak ia memulai hafalan, Karin berhasil menyelesaikan 30 juz Al-Qur’an. Capaian ini lebih cepat dari target yang biasanya diharapkan SMPIT Al Uswah Pasirian, yaitu tiga tahun.
Kisah Karin adalah bukti nyata bahwa semangat dan cinta kepada ilmu dapat mengatasi keterbatasan. “Semoga Al-Qur’an bukan hanya dihafal di lisan, tapi juga diamalkan dalam kehidupan,” harapnya.
Bagi SMPIT Al Uswah Pasirian, capaian ini menjadi motivasi untuk terus melahirkan generasi penghafal Qur’an yang tidak hanya berprestasi, tetapi juga mampu menghidupkan nilai-nilai Qur’ani dalam setiap langkah mereka.
Farida Bingah, salah satu ustadzah di sekolah tersebut, mengungkapkan kebanggaannya, “Karin adalah inspirasi bagi kita semua. Semoga Allah terus memudahkan langkah kami mencetak hafizhah lainnya.”
Lereng Semeru mungkin jauh dari hiruk pikuk kota besar, tapi semangat Karin telah menunjukkan bahwa mimpi besar bisa tumbuh dari kesederhanaan.
Alhamdulillah tabarokallah semoga ananda karin menjadi anak yang sholehah sukses dunia akhirat dan semoga kesuksesan ananda karin bisa menular pada anak saya Azahra Tusita yang juga sedang menempuh pendidikan di SMPIT Al-uswah